Minggu, 31 Agustus 2008

Bauhaus

Bauhaus merupakan suatu aliran yang lahir pada pasca perang dunia pertama. Ditengah kecamuk perang dunia pertama, saat berbagai kepentingan berubah wujud menjadi tank, senapan, granat dan kemudian tangisan dan darah menjadi hasilnya, dengan mantap Walter Gropius, seorang Jerman, tergugah untuk ikut memperbaiki ekonomi negaranya yang luluh lantak akibat perang. Teknologi menjadi kata kunci penyelamatan. Maka dimulailah proyek besar sebuah integrasi antara teknologi industri dan seni. Gropius berkeinginan untuk membuat lembaga yang berfungsi sebagai "consulting art center for industry and the trades " (Bauhaus 1919-1928 p.12). Lewat Bauhaus, Gropius, sang pendiri Bauhaus, merasa perlu untuk mengintegrasikan antara seni lukis, patung, kriya dan disain sebagai elemen yang tujuan akhirnya adalah sebuah lanskap arsitektur yang utuh.

Kata Bauhaus berasal dari ‘Bauen’ yang berarti to build dan ‘hous’ yang berarti the house. Selain itu seni panggung, teater juga menjadi bagian dari proyek edukasi Bauhaus yang resmi didirikan tahun 1919 di Weimar.
Bauhaus dimulai dengan definisi utopia : “Bangunan dengan masa depan”, menggabungkan semua kesenian dalam kesatuan yang ideal. Ini adalah kewajiban tipe baru seniman diluar sepesialisasi akademik. Walter Gropius mengembangkan pengajaran dengan metode baru dan meyakinkan bahwa bahwa dasar dari berbagai seni dapat ditemukan dari keterampilan tangan: “Sekolah ini akan menjadi ruang kerja.” Tentu saja, seniman dan pengerajin memimpin kelas dan produksi bersama-sama pada Bauhaus di Weimar. Diharapkan ini dapat mengangkat perbedaan antara seni murni dan seni terapan.

Kenyataan dari peradaban teknis, tapi, berdasar pada kewajiban yang tidak bisa terpenuhi oleh kerajinan tangan. Pada 1923, Bauhaus bereaksi dengan perubahan program, yang ditandai dengan gambaran masa depan dibawah motto:”seni dan teknologi- sebuah kesatuan baru.”

Tahun 1924 pembiayaan untuk Bauhaus dipotong sangat drastis atas dorongan dari kekuatan konservasi untuk mencari rumah baru. Akhirnya Bauhaus pindah ke Dessau. Di tempat baru ini dibuat bangunan pusat Bauhaus yang diarsiteki oleh Walter Gropius. Bangunan ini memiliki arti penting dalam sejarah arsitektur modern. karena bangunan ini dirancang lebih kompleks dan utuh. Jerman ibarat medan pertarungan ideologi yang tak berkesudahan saat itu, sebuah peristiwa penting terjadi. Saat Bauhaus tengah ‘masyuk’ dengan program dan hasilnya yang gemilang, kapak ‘Nazi-Hitler’ selain aktif menebas musuh ideloginya ternyata juga menebas Bauhaus, institusi yang ironinya berjasa membangkitkan ekonomi Jerman dan justru bertempat di Jerman. Dengan ditutupnya Bauhaus pada 1933 oleh Nazi, Gropius, Mies dan pemimpin fakultas lainnya di Bauhaus melarikan diri ke Amerika dan disana, Gropius mengajar di Universitas Havard. Justru akibat pelariannya ini, pengaruh Bauhaus, teori disain, arsitektur dan metode edukasi seninya seperti semakin bersemi di daratan Amerika dan kian menyebar di negara Eropa lainnya.

Master-master Bauhaus

Prinsip-prinsip Bauhaus : Walter dan Mies


Bauhaus adalah institusi yang menarik. Tidak hanya merupakan lembaga edukasi, namun sekaligus Bauhaus mempunyai prinsip yang ‘idelogis’ sifatnya. Misalnya, bahwa seni harus bertemu dengan keinginan masyarakat, tiadanya batasan antara seni murni (fine arts) dan seni terapan (applied arts). Secara eksplisit Bauhaus mengutarakan prinsip idelogisnya antara lain : menyelamatkan seni dari isolasi terhadap dirinya dan kemudian menemukan kembali dirinya (Whitford, p.11). Mengembangkan keahlian seni dan kriya (crafts) individual dan bekerjasama dengan mengkombinasikan semua keahlian, Kedua, membebaskan dan menaikkan status, kriya (crafts), kursi, lampu, teapot dan lainnya kepada level yang sama dengan lukisan, patung. Dan ketiga, mengatur kontak kepada pimpinan industri dan kriya (crafts) demi keuntungan mandiri dari ketergantungan dukungan pemerintah dengan cara menjual disain ke industri.
Menyebut Bauhaus, seperti sulit menyampingkan dua nama : Walter Gropius dan Ludwig Mies Van Der Rohe. Kedua orang ini cukup aktif meletakkan dasar-dasar penting prinsip-prinsip di Bauhaus dalam periode kepemimpinan Bauhaus yang berbeda . Misalnya, Walter Gropius (1883-1969), seorang yang pernah mandapat latihan profesional di Munich, mengembara di Spanyol dan di Italia ia bergabung dangan Studio Behrens. Jangkauan pemikiran Walter mencakup hampir semua benda fungsional dan ia ingin memajukan desain produk dengan jalan mengawinkan seni rupa dengan industri. Dibawah pimpinan Gropius, Bauhaus menjadi pusat pendidikan desain terpenting. Gropius membuat disain inovatif, yang membawa material dan metode konstruksi dari teknologi modern. Ia menggunakan teknologi sebagai basis juga menstransformasikan bangunan menjadi presisi dengan mengikuti kalkulasi matematis.
Kemudian Ludwig Mies Van Der Rohe (1886-1769) : baginya keindahan nampak dalam kesederhanaan. Pandangan estetisnya ini sering dikaitkan dengan estetika fungsionalis yang populer pada abad 20. Ia membuktikan pada rancangan bangunannya yaitu Seagram Building di New York, gedung bertingkat 38 yang memadukan logam dan kaca. Ia untuk beberapa waktu menggantikan kepemimpinan Walter Gropius d Bauhaus.

Kelas-kelas

Johaness Itten 1919-1922

Persiapan kursus Itten

Dengan tujuan untuk menyediakan alat-alat dasar, termasuk perkenalan dari prinsip-prinsip dasar sekolah, Bauhaus mengembangkan spesifikasi pendahuluan kursus.

Ini memungkinkan para murid dilatih bagaimana bekerja dengan materi dan mendapatkan pelajaran dengan karakteristik warna dan bentuk.

Itten menyadari bahwa kekontrasan antara terang dan gelap adalah salah satu nilai terpenting dan mahal yang berarti dalam berkreasi. Pembelajarannya adalah seperti bidang dari materi murni dan teksturnya ataupun juga bidang dari bentuk seni patung.

Kursus ini dikepalai oleh tokoh terkenal di Bauhaus, seperti paul Klee dan Vassily Kandinsky.

Friedl Dicker, Light and dark study, 1920, composition and color

Josef Albers 1923-1933

Mengikuti Johaness Itten, Albers mengajar kelas materi, bersamaan dengan Moholy-Nagy. Prioritas diberikan pada bekerja dengan material, pengetahuan akan teknik industri dan penggunaan maksimal dari materi dasar seperti kayu, logam, kaca, batu dan kain.

Disini, kolase menjadi sangat populer.

Monika Bella Broner, studi kontras, 1929/30, pensil dan gouache, sobekan kain

László Moholy-Nagy 1923-1928

Moholy –Nagy lebih mencondong pada aspek teori sementara Josef Albers lebih mencondong pada perspektif praktek.

Kursus ini difokuskan pada tiga mata pelajaran. Pertama, para murid belajar mengkombinasikan elemen. Pembelajaran ini berguna untuk mengetahui persepsi nilai raba. Fokus kedua adalah latihan membedakan komposisi konstruksi. Hal ini berguna untuk mengetahui keidealan konstruksi. Yang ketiga adalah pembelajaran paling terkenal dari kursus Moholo-Nagy, yaitu studi tentang tiga dimensi yang berguna untuk mempertajam perasaan akan volume dan perluasan dari solusi yang berguna. Disini, para murid dapat belajar akan dasar dari esterika visual, seperti ukuran dan proporsi, ilmu stastika dan dinamika. Selain itu, mereka juga dibiasakan dengan kualitas seperti berat, elastisitas dan kepadatan dari berbagai material.

Studi keseimbangan, 1924, kayu dan bagian-bagian logam, rekonstruksi 1967

Teori dasar desain Paul Klee 1921-1931

Paul Klee melakukan pendekatan yang meliputi asal mula sesuatu berdasarkan dari karakteristik garis. Ia mengilustrasikan fenomena pergerakan dengan bantuan dari lingkaran dan pendulum, spiral dan panah.

Teori warna Klee didasarkan akan prinsip pergerakan yang menonjol sebagai posisi individu pada sejarah, seperti teori. Dimulai dengan enam warna pelangi, ia mengubah fenomena ini dengan lingkaran yang dibagi menjadi enam bagian. Hubungan antara warna pada lingkaran menghasilkan dua gerakan yang berbeda: gerakan melingkar ke tengah dan lurus dalam diameter lingkaran. Dari bentuk lingkaran, ia memperoleh segitiga dari warna dasar yang kemudian ia kembangkan menjadi ”elemen bintang”, termasuk hitam dan putih.

Lena Meyer-Bergner, Inter-penetration. Tiga warna dalam satu bentuk, cat air, 1927


Karya-karya Seniman Bauhaus

Fotografi dari John Graudenz dari Vossichen Zeitung 11 Mei 1924


Paul Klee, tempera pada karton


Laszlo Moholy-Nagy, pensil, tinta Indian, cat air

Wassily Kandinsky, tinta Indian dan gouache

Lyonel Feininger, tinta Indian dan cat airJoseph Hartwig, chess set, 1924


Georg Muche, pensil, tinta Indian dan cat air


Rudolf Otner, 1932Otto Wrner, patung arsitektural, 1922

Referensi:
http://www.bauhaus.de/english/bauhaus1919/kunst/kunst_plastik.htm
http://www.bauhaus.de/english/bauhaus1919/index.htm
http://www.bauhaus.de/english/sammlungen/fotoarchiv.htm
http://www.bauhaus.de/english/bauhaus1919/architektur/architektur_mies.htm
http://www.bauhaus.de/english/bauhaus1919/architektur/architektur_gropius.htm
http://www.bauhaus.de/english/bauhaus1919/kunst/kunst_malerei.htm
http://www.bauhaus.de/english/bauhaus1919/kunst/kunst_mappe_gropius.htm
http://sudjuddartanto.blogspot.com/2006/11/bauhaus-kala-pilar-seni-modern.html






Tidak ada komentar: